Google Directory > Technology

Senin, 21 September 2009

Sains dan Teknologi dalam Evaluasi Kemanusiaan

Berbicara mengenai sains dan teknologi, tentu saja tidak bisa dilepaskan dari konteks sosio-budaya yang melingkupi kelahirannya. Semua kajian keilmuan modern, ilmu sosial atau alam, berasal dari Amerika Utara dan Eropa Barat pada awal perkembangannya. Ilmu pengetahuan modern, para awal kelahirannya, menjadi bersifat “euro-sentris”.

Menjadi seperti itu karena pengaruh para filosof eropa modern seperti Rene Descartes, sangat dominan pada seluruh bangunan fisikanya Isaac Newton dan kimianya Lavosier. Keadaan menjadi seperti ini, dimana Amerika Utara dan Eropa Barat memegang hegemoni atas perkembangan sains dan teknologi (sainstek), karena di bagian dunia yang lain seperti China, Timur Tengah dan India, terjadi stagnasi besar-besaran di bidang sosial kebudayaan. Sebetulnya, kebudayaan China, Timur Tengah dan India pada waktu itu sempat lebih maju dari barat. Namun karena serangkaian perang saudara dan perebutan kekuasaan atau coup d’etat di China, Timur Tengah dan India akhirnya negara barat mampu menyalip mereka.

Pergeseran Paradigma

Kita tidak mungkin mengabaikan, sumbangan seorang Isaac Newton dan Antoine Lavosier terhadap peradaban dunia. Tanpa kedua tokoh ini, ilmu fisika dan ilmu kimia tidak akan pernah ada. Dengan fisikanya Newton umat manusia bisa mendaratkan astronot di bulan, dan dengan kimianya Lavosier berbagai obat-obatan seperti penisilin dapat ditemukan. Namun akhirnya harus disadari bahwa perkembangan sains-tek tidaklah bebas nilai. Menurut Thomas Kuhn, selalu terjadi apa yang disebut “pergeseran paradigma” sebelum akhirnya suatu teori diterima sebagai suatu hukum. Dalam konteks ini, akhirnya negara barat menggunakan sains-tek untuk menjalankan politik kolonialisme dan imperialismenya. Negara barat menyewa para ilmuwan untuk menjadi corong politik imperialis mereka. Di sini politik hegemoni bermain.

Sejak awal tarikh masehi, bangsa China telah menemukan mesiu. Namun sejauh mungkin China hanya menggunakan mesiu untuk hiburan atau hal-hal lain yang bersifat damai. Mereka berusaha keras agar mesiu tidak digunakan sebagai senjata. Sebagai contoh, sewaktu Cheng Ho, panglima angkatan laut China, melakukan pelayaran keliling dunia pada sekitar tahun 1400an, dia hanya membawa senjata ringan untuk pasukannya. Senjata berat yang berbasis mesiu tidak dibawa.

Namun sewaktu mesiu sampai di barat, perubahan besar terjadi. Mesiu dimodifikasi oleh para ilmuwan untuk digunakan sebagai senjata utama untuk menggantikan busur dan panah. Sekitar tahun 1500an, senapan tipe “musket” dan meriam telah menjadi jamak digunakan. Musket dan meriam inilah yang digunakan para imperialis eropa untuk membantai bangsa Indian beserta produk budayanya di dunia baru yang diklaim sebagai milik mereka (Kasus penemuan benua Amerika oleh Colombus yang diikuti oleh kolonialisasi besar-besaran oleh bangsa2 Eropa barat).

Selama sekian ratus tahun musket dan meriam digunakan untuk berperang dalam konflik2 besar yang melibatkan orang Eropa, contohnya para perang 30 tahun di Jerman (1618-1648), perang suksesi Spanyol (1703-1714), perang kemerdekaan Amerika (1776-1781), dan tentu saja perang Napoleon (1804-1815). Tidak terhitung berapa juta manusia yang meninggal, cacat, atau kehilangan tempat tinggal akibat konflik yang menggunakanmusket dan meriam ini. Pada akhir abad ke 19, perkembangan dalam dunia militer menjorok ke arah yang lebih jauh lagi. Richard Gatling dari Amerika Serikat menemukan senapan mesin, yang tentunya bisa digunakan untuk membunuh orang lebih banyak lagi, dan senapan tipe musket berhasil dimodifikasi menjadi tipe rifle yang lebih mudah digunakan. Dan Inggris pun berhasil menemukan tank pada awal abad ke 20. Pesawat tempur dan kapal selam pun mulai intensif digunakan.

Modifikasi

Modifikasi ini yang digunakan secara intensif di perang dunia ke I (1914-1918) yang memakan korban 20 juta jiwa manusia. Lebih jauh lagi, para ilmuwan Jerman berhasil menemukan gas Lewisite, yang ampuh untuk membunuh tentara Inggris di medan perang. Ditemukannya Lewisite, merupakan babak awak dari perkembangan senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction).

Secara paradigmatik, perang dunia II (1939-1945) masih menggunakan sains-tek yang pernah digunakan pada PD I. Namun ada sedikit perkembangan. Proyek Manhattan yang dipimpin oleh DR. Robert Oppenheimer, seorang ahli fisika eksentrik, telah berhasil menguji coba bom atom pertamanya. Presiden Truman setuju menggunakan bom atom itu terhadap Jepang, yang waktu itu belum menyerah seperti Jerman.

Akhirnya kota Hirosima dan Nagasaki dibom dengan total sekitar 500.000 orang meninggal. Mengerikan. Sangat mengerikan. Penemuan bom atom merupakan puncak gunung dari perkembangan senjata pemusnah massal yang meliputi senjata biologi (bakteri/fungi/virus), Kimia (gas beracun), dan Fisika (nuklir). Senjata pemusnah massal pun masih terus digunakan dalam konflik besar dunia sampai detik ini, contohnya di perang Vietnam, Amerika menggunakan gas kimia tertentu untuk membabat hutan, sehingga tentara vietkong tidak bisa bersembunyi.

Melihat kasus-kasus di atas, mudah sekali mengajak orang untuk menjadi anti sains dan teknologi. Mudah sekali mengajak orang untuk menjadi pesimis, karena perkembangan sains-tek malah menjadi langkah maju menuju kepunahan umat manusia di bumi ini. Namun, sekali lagi, menurut saya, terlalu dini untuk pesimis.

Ada beberapa ilmuwan dari Amerika, seperti Albert Einsten dan Linus Pauling, yang secara frontal beroposisi dengan Oppenheimer. Menurut mereka, seharusnya teknologi nuklir digunakan semata-mata untuk kepentingan damai, maka dengan itu penggunaan bom atom harus ditolak. Karena pandangannya yang anti penggunaan bom atom itu, justru Linus Pauling dituduh sebagai seorang komunis yang pro Uni Soviet oleh pemerintah Amerika Serikat dan pasportnya dibekukan. Namun ini tidak menghalangi Pauling untuk mendapatkan nobel keduanya, yaitu nobel perdamaian karena idealismenya yang teguh dalam memperjuangkan perdamaian dunia..

Menurut hemat saya, sering kali kita memandang persoalan secara dualistik. Kita sering sekali memisahkan antara yang sekular dan religius, antara jiwa dan badan, antara ilmu sosial dan ilmu alam, antara politik kiri dan kanan, dan antara subjek dan objek. Saya meminjam pendapatnya Frijof Capra, menurutnya semua ini karena kita mengikuti filsafat Rene Descartes secara kaku dan dogmatis. Descarteslah menganggap bahwa seorang pengamat harus menjadi subjek otonom, yang terpisah secara tegas dari objek pengamatannya. Descartes dengan instrumen geometri analitisnya (bagian dari ilmu matematika), beranggapan bahwa semua fenomena alam dan kemanusiaan bisa dijelaskan dengan bahasa matematika.

Sebetulnya filsafatnya Descartes bagus, namun apabila diterapkan secara dogmatik, muncul berbagai kerancuan. Kita mengklasifikasikan fenomena alam dan sosial berdasarkan sistem biner. Setelah itu, tanpa sadar, kita pertentangkan dan ditabrakkan satu sama lain distingsi biner itu. Sering sekali wacana di masyarakat beredar untuk mempertentangkan antara sekular dan religius, sosial dan alam , China dan pribumi dsb. Filosofi biner ini justru menimbulkan kebingungan dan konflik di masyarakat kita. Mungkin apabila filosofi ini diterapkan di Eropa, yang membangun filsafatnya atas dasar konflik dan individualisme (dialektika) ini tidak ada masalah.

Tapi di Asia (Indonesia) dimana semangat kolektivisme masih kuat, ini problematis karena mengharapkan agar masyarakat hidup dalam konflik terus menerus antara pendukung salah satu nilai biner itu. Ini hanya memecah belah masyarakat dan memarginalisasikan mereka.

Lebih Arif

Melihat keadaan distingsi biner ini seharusnya kita lebih arif dalam menyikapi keadaan. Semua disitingsi biner antara dua hal yang bertentangan itu sebetulnya tidak lain adalah suatu manifestasi budaya, yang dengan kata lain adalah buatan manusia. Bila demikian, tentu saja terbuka akan kritik. Sudah bukan saatnya untuk menjadikan sains-tek menjadi semacam “dewa penyelamat” yang akan menolong kita, atau justru menjadikan sains-tek menjadi “malaikat maut” yang akan membunuh kita. Pandangan seperti ini memecah belah dan membuat masyarakat bingung. Mereka akan semakin bertanya-tanya apa gunanya sains-tek bagi kehidupan mereka karena tenggelam oleh pro kontra yang tidak ada habis-habisnya antara elit-elit teknokrat.

Saya percaya bahwa sebaiknya para teknokrat, dari berbagai bidang disiplin ilmu apapun, entah itu kimia, hukum, fisika, psikologi, dll, bersatu dan berpartisipasi dalam perkembangan sains-tek. Seorang ahli kimia dari FMIPA menemukan senyawa kimia yang punya potensi menjadi obat, namun bila produk itu telah matang menjadi obat yang mempromosikannya ke masyarakat adalah para ahli komunikasi massa dari FISIPOL. Adalah suatu kebajikan yang amat paripurna bila para teknokrat dari berbagai disiplin ilmu (sosial dan alam), bersatu dalam suatu sinergi yang selaras, harmonis, holistik dan apik, untuk menyusun suatu konsep sains-tek yang memiliki potensi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat kita. Penelitian ilmu alam secara murni dan idealis memang masih diperlukan, tapi ingat bahwa masyarakat punya hak bertanya, bila dana penelitian itu dari pajak yang mereka bayar.

Bila demikian, tentu saja masyarakat punya hak untuk menuntut kegunaan penelitian itu untuk mereka. Walaupun bukan dari pajak masyarakat sekalipun, seorang ilmuwan tetap memiliki tanggung jawab sosial kemasyarakatan untuk mengaplikasikan sains-tek untuk perdamaian dunia, seperti yang ditunjukkan Albert Einstein dan Linus Pauling. Untuk menjadikan masyarakat mendapatkan kegunaan sains-tek secara optimal, peranan ilmu humaniora sama pentingnya dengan ilmu alam itu sendiri.

Ilmu alam dan ilmu sosial berasal dari satu induk, yaitu Filsafat. Sebagai matter scientarum, filsafatlah yang melahirkan mereka dan menjadikan mereka berdua menjadi seperti sekarang ini. Filsafat selalu mencari kebenaran, sementara anak-anaknya, yaitu ilmu sosial dan alam, mewarisi tugas dari ibunya untuk juga mencari kebenaran. Bila ilmu sosial dan alam dipertentangkan, berarti sama saja mempertentangkan kebenaran.

Mempertentangkan kebenaran berarti menegasikannya. Bila pencarian kebenaran tidak ada, peradaban manusia tidak memiliki alasan sama sekali untuk eksis. Para filosof jaman klasik, seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles, tidak pernah mempertentangkan ilmu alam dan sosial. Menurut mereka, ilmu harus diteropong dalam satu kesatuan organis, harmonis dan holistik, yaitu dalam rangka tercapainya kebahagiaan manusia.

Akhir kata, sebelum saya menutup tulisan ini, izinkalah saya mengutip perkataan seorang filosuf moral dan Belanda yaitu Baruch Spinoza. Beliau berkata ” Jangan menilai, jangan menghakimi, dan jangan mengikuti, namun harus mengerti dan harus memahami”. Demikianlah dalam hal ini sebaiknya kita singkirkan semua pemikiran negatif kita mengenai sains-tek dan berpikiran positf untuk bekerja sama mengembangkannya tanpa peduli dari kita ini berasal dari latar belakang ilmu apapun.

Daftar Pustaka:

  • Rusliwa Somantri, Gumilar. 2007. Transkrip pidato pengukuhan guru besar tetap di bidang Sosiologi Perkotaan: BeyondDelusion of Grandeur” Menuju Indonesia Baru “Bebas” Kemiskinan. FISIP UI.

  • Rakhmat, Jalaludin. 2000. Rekayasa Sosial: Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar?. Rosdakarya. Bandung.

  • Gregory, Andrew. 2002. EUREKA! The Birth of Science (terjemahan). Jendela Press. Yogyakarta.

  • Capra, Fritjof. 1999. The Turning Point (Terjemahan). Bentang. Yogyakarta.

  • Kuhn, Thomas. 1998. The Structure of Scientific Revolutions. Rosdakarya. Bandung.

    - 21 November 2007

    Sumber :

    Arli Aditya Parikesit

    http://netsains.com/2007/11/sains-dan-teknologi-dalam-evaluasi-kemanusiaan/

    21 September 2009

    Sumber Gambar:

    http://ycorpblog.com/wp-content/uploads/2008/06/babycomputer.jpg

Persepsi Islam terhadap Perkembangan Sains dan Teknologi

Kaum muslimin rahimakumullah!Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dan selalu bersyukur kepada Allah yg telah mengaruniai agama Islam sebagai pedoman hidup yg lurus lengkap dan sempurna sebagaimana ditegaskan dalam Alquran surat Al-Maidah ayat tiga yg artinya:

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu ni’mat-Ku dan telah Aku ridhai Islam menjadi agamamu.”

Kaum muslimin yg berbahagia!Salah satu keagungan ni’mat yg dikaruniakan Allah bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah ni’mat ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya krn Allah telah mengaruniakan anugerah keni’matan kepada manusia yg bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan keni’matan sains teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknoogi adl terapan atau aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan dapat mendorong manusia utk berkembang lbh maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis utk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adl firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yg artinya:

“Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi utk kamu guna memelihara diri dalam peperanganmu.”

Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut utk berbuat sesuatu dgn sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yg tangguh produktif dan inofatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad itu. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat ditindaklanjuti dgn sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya. Lalu bangsa Barat dgn mudah mengambil dan menransfer ilmu dan teknologi yg dimiliki dunia Islam dan dgn mudah pula mereka membuat licik yaitu membelenggu para pemikir Islam sehinggu sampai saat ini bangsa Baratlah yg menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kaum muslimin rahimakumullah!Begitulah menurut catatan sejarah bangsa Barat berhasil mengambil khazanah ilmu pengetahuan yg telah dikembangkan lbh dahulu oleh kaum muslimin kemudian mereka mengembangkannya di atas paham materialisme tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai Islam sehingga terjadilah perubahan total sampai akhirnya terlepas dari sendi-sendi kebenaran. Para ilmuwan Barat dari abad ke abad kian mendewa-dewakan rasionalitas bahkan telah menuhankan ilmu dan teknologi sebagai kekuatan hidupnya. Mereka menyangka bahwa dgn iptek mereka pasti bisa mencapai apa saja yg ada di bumi ini dan merasa dirinya kuasa pula menundukkan langit bahkan mengira akan dapat menundukkan segala yg ada di bumi dn langit. Sehingga tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai hak utk memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu kepada semua yg ada di bumi agar mereka bisa mendikte dan memberi keutusan terhadap segala permasalahan di dunia.

Sebenarnya masyarakat Barat itu patut dikasihani krn akibat kesombongannya itu mereka lupa bahwa manusia betapapun tingg kepandaiannya hanya bisa mengetahui kulit luar atau hal-hal yg lahiriah saja dari kehidupan semesta alam. Manusia hanya diberi ilmu pengetahuan yg sedikit dari kemahaluasan ilmu Allah. Di atas orang pintar ada lagi yg lbh pintar dan sungguh Allah SWT benci kepada orang yg hanya tahu tentang dunia tetapi bodoh tentang kebenaran yg ada di dalamnya. Allah SWT berfirman yg artinya “Celakalah bagi orang-orang kafir dgn siksa yg pedih. Mereka lbh menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan menghalangi manusia dari jalan Allah serta menginginkan agar jalan itu bengkok.

Mereka berada dalam kesesatan yg nyata.” . Kaum muslimin rahimakumullah!Peradaban modern adl hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yg gemilang yg telah dicapai oleh manusia setelah diadakan penelitian yg tekun dan eksperimen yg mahal yg telah dilakukan selama berabad-abad. Maka sudah sepantasnya kalau kemudian manusia menggunakan penemuan-penemuannya itu guna meningkatkan taraf hidupnya. Kemajuan teknologi secara umum telah banyak dini’mati oleh masyarakat luas dgn cara yg belum pernah dirasakan bahkan oleh para raja dahulu kala. Makanan lbh ni’mat dan beraneka ragam pakaian terbuat dari bahan yg jauh lbh baik dan halus sarana-sarana transportasi dan komunikasi yg kecepatannya amat mengagumkan gedung dan rumah tempat tinggal dibangun dengn megah dan mewah. Tampaknya manusia di masa depan akan mencapai taraf kemakmuran yg lbh tinggi dan memperoleh kemudahan-kemudahan yg lbh banyak lagi.

Walaupun demikian kita juga menyaksikan betapa batin manusia zaman sekarang selalu mengerang krn sirat kerakusan manusia semakin merajalela dan perasaan saling iri di antara perorangan atau kelompok telah menyalakan api kebencian di mana-mana. Kata orang bijak di dunia sekarang ini nafsu manusia lbh besar daripada akal sahabatnya. Kebanyakan manusia di dunia kini hanya mengingat kesenangan hidupnya lupa kepada Tuhannya. Ia mengira bahwa dunia ini adl segalanya tak ada kelanjutannya dan tak ada kehidupan kecuali di dunia saja. Benar bahwa agama Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik di zaman lampau di masa sekarang maupun di waktu-waktu yg kan datang. Demikian pula ajaran Islam ia tidak akan bertentangan dgn teori-teori pemikiran modern yg teraturdan lurus dan analisa-analisa yg teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adl mubah termasuk segala apa yg disajikan oleh berbagai peradaban baik yg lama ataupun yg baru.

Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yg hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yg tegas dan pasti mengherankannya. Bukanlah Alquran sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam bukanlah agma yg sempit? Allah SWT telah berfirman yg artinya “Di sekali-kali tidak menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan.” . Adapun peradaban modern yg begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua muda atau anak-anak yg tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yg diakibatkannya. Tetapi di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya pelbagai media informasidn alat-alat canggih yg dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah yg menentukan opersionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dgn baik dan tepat.

dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya utk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. Kaum muslimin rahimakumullah!Memang dalam abad teknologi dan era globalisasi ini umat Islam hendaklah emlakukan langkah-langkah strategis dgn meningkatkan pembinaan sumber daya manusia guna mewujudkan kualitas iman dn takwa serta tidk ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun seiring dgn upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kita pun harus jeli menentukan pilihan ini. Untuk apakah semua kemajuan itu? Apakah sekadar utk menuruti keinginan-keinginan syahwat lalu tenggelam dalam kemewahan dunia hingga melupakan akhirat dan menjadi pengikut-pengikut setan? Ataukah sebaliknya semua ilmu dan kemajuan itu dicari utk menegakkan syariat Allah guna memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan seperti yg dikehendaki Allah serta utk meluruskan kehidupan dgn berlandaskan pada kaidah noral Islam? Itulah pertanyaan dan tantangn bagi kita yg haurs kita jawab dgn pemikiran yg berwawasan jauh ke depan.

Namun terlepas dari problema dan kekhawatiran-kekhawatiran sebagaimana diuraikan di atas kita sebagai umat Islam harus selalu optimis dan tetap bersyukur kepada Allah SWT. Karena sungguhpun perubahan sosial dan tta nilai kehidupan yg dibawa oleh arus modernisasi westernisasi dan sekularisasi terus-menerus menimpa dan menyerang masyarakat Islam tetapi kesadaran umat Islam utk membendung dampak-dampak negatif dari budaya Barat itu ternyata masih cukup tinggi meskipun hanya segolongan kecil umat yaitu mereka yg tetap teguh utk menegakkan nilai-nilai Islam. Akhirnya semoga dakwah yg singkat ini bermanfaat amin.

Sumber:

Diadaptasi dari:

Khutbah Cendekiawan Menjembatani Kesenjangan Intelektualitas Umat

Drs. Achmad Suyuti Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

sumber file al_islam.chm, dalam :

http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-teknologi-2.htm

21 September 2009

Faktor Sospol Hambat Perkembangan Teknologi Nuklir

Kondisi sosial dan politik Indonesia masih menjadi penghambat perkembangan teknologi nuklir di Indonesia. Padahal secara teknologi dan ekonomi Indonesia sudah mampu menerapkan nuklir, terutama untuk pembangkit tenaga listrik.

Hal itu diungkapkan Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman di acara 'Talkshow To CEO' yang digelar Trijaya Network di Hotel Sahid, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (31/7/2009).

Kusmayanto mengungkapkan, PLTN adalah visi besar dari mantan Presiden Soekarno. "Tak ada satu negara yang memiliki bom nuklir mengalami civil war, dan teknolgi nuklir itu sudah sangat aman," ujarnya.

Saat ini, lanjut pria yang akrab disapa 'KK' itu, Indonesia memiliki tiga reaktor nuklir, di Bandung Yogyakarta, dan Tangerang. "Hingga sekarang belum ada kecelakaan, ini menunjukkan teknologi nuklir
aman," ujarnya.

Selanjutnya, Kusmayanto mengatakan, visi Soekarno sudah dituangkan dalam UU yang menyatakan bahwa pada 2016 Indonesia harus mengimplementasikan PLTN. "Tapi yang terjadi isu PLTN menjadi peluang untuk dijadikan peluru politik, "ujarnya.

PLTN telah masuk dalam keputusan strategis nasional dan untuk mengimplementasikannya harus dilihat dalam empat faktor, yakni politik, teknologi, ekonomi, dan sosial. "Teknologi dan ekonomi sudah siap, tapi sosial-politik belum," ujarnya. (srn)

Perkembangan Teknologi Internet Di Indonesia

Teknologi Informasi semakin maju, menghapus batas Negara serta budaya. Tak terkecuali bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meskipun penetrasi telepon masih belum sepenuhnya menjangkau saudara – saudara kita di seluruh penjuru Tanah Air, namun harus diakui gelombang penetrasi internet sudah sedemikian dashatnya.

Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), rata–rata pertumbuhan internet di Indonesia mencapai 25 persen–40 persen per tahun. Di tahun 2008 ini pengguna internet Indonesia diperkirakan 27 juta.


Penggunaan internet dari tahun ke tahun akan semakin membludak seiring dengan semakin banyaknya akses poin internet seperti warnet, Wi-Fi di pusat-pusat keramaian, 3G, HSDPA dan lain-lain. Bahkan, bukannya tak mungkin jika proyek Palapa Ring sukses, bakal tersedia bahdwidth Internet bagi 40.000 desa.

Harus diakui, teknologi informasi bias menjadi pisau bermata dua. Aksesnya yang begitu besar mampu menyediakan beragam informasi, tanpa terkecuali pornografi dan kekerasan. Namun bila dimanfaatkan dengan baik, teknologi informasi bisa menjadi saluran yang dahsyat untuk mendapatkan dan menyampaikan beragam informasi pengetahuan demi kemaslahatan umat manusia.

Ada beberapa unsure yang bisa menjadi fokus dalam pemerataan akses informasi dan Internet bagi daerah-daerah di seluruh Indonesia. Diantaranya adalah e-ducation (pendidikan), dan e-conomy (ekonomi) yang dapat mengurangi gap teknologi komunikasi dan informasi antara pedesaan dan perkotaan.

10 Tokoh Teknologi 2009 Indonesia

Perkembangan teknologi di dunia sangat pesat, perkembangannya mengikuti umur jaman itu sendiri. Teknologi mempunyai banyak kegunaan di kehidupan sehari-hari.

Dengan teknologi bangsa kita bisa sejajar dengan bangsa lain. Dengan teknologi,informasi bia lebih cepat. Dan dengan teknologi pula, pertumbuhan dan stimulasi ekonomi berkembang secara dinamis.

Dalam Majalah Techlife, disebutkan bahwa sepuluh orang dianggap berjasa di bidang industri teknologi informasi dan komunikasi..

Berikut adalah 10 Tokoh Teknologi 2009 versi Techlife:

  1. Hasnul Suhaimi, Direktur Utama Excelcomindo Pratama
  2. Sarwoto Atmosutarno, Direktur Utama Telkomsel
  3. Erik Meijer, Deputy President Director Bakrie Telecom
  4. Budi Wahyu Jati, Country Manager Intel Indonesia
  5. Hengky Setiawan, Presiden Direktur PT Setia Utama Telesindo
  6. Tony Chen, Presiden Direktur Microsoft Indonesia
  7. Megawaty Khie, Country Manager Hewlett-Packard Indonesia
  8. Jason Lim, Presiden Direktur Acer Indonesia
  9. Budiono Darsono, Pendiri Detikcom
  10. Rinaldi Firmansyah, Direktur Utaman Telkom


Sumber :

Dicuplik dari : http://detikinet.com, dalam :

http://melodanta.com/10-tokoh-teknologi-2009-indonesia.html

21 September 2009


Mozaik Perkembangan Teknologi Indonesia

TAHUN lalu saya mengunjungi sebuah perusahaan pembuat tongkang di Pulau Batam. Tongkang adalah perahu besi yang banyak digunakan untuk pengangkutan batu bara dan kelapa sawit di berbagai daerah di Indonesia.

Tongkang ditarik kapal penghela atau sering disebut dengan tug-boat. Tahun 2008 lalu merupakan boom bagi industri ini karena permintaan yang sangat besar, baik dari dalam maupun luar negeri. Setiap set tongkang dan tugboat tersebut memiliki harga sampai Rp25 miliar per pasang, tergantung dari kapasitas tongkang maupun kapal penghelanya.

Perusahaan yang kami kunjungi berkembang pesat dan pada akhirnya harus melakukan efisiensi tinggi dalam hal penggunaan tempat demi meningkatkan kapasitas produksi. Di Pulau Batam saja, saya dengar ada sekitar 80-an perusahaan serupa yang mampu menangani pembuatan kapal semacam itu.

Pada tingkat yang lebih sophisticated kita melihat berkembangnya industri strategis perkapalan, yaitu PT PAL. Perusahaan ini berhasil mengembangkan teknologinya sehingga mampu menguasai pembuatan kapal dengan ukuran 50.000 ton yang dikenal dengan nama Star 50. Kapal tersebut dipesan banyak negara, termasuk Jerman, Hong Kong, dan Turki. Kemampuan perusahaan BUMN tersebut bahkan memungkinkan mereka untuk membuat kapal induk helikopter sebagaimana dipertunjukkan maketnya dalam pameran Indodefence tahun lalu.

Meskipun perusahaan tersebut saat ini masih terbelit masalah keuangan, kemampuan teknologinya di bidang perkapalan rasanya tidak perlu diragukan. Pembangunan Grand Indonesia Shopping Town, kawasan pertokoan yang bahkan lebih besar dan lebih mewah dari The Mall of America, mal terbesar di Negeri Paman Sam yang letaknya di Minneapolis, bahkan juga termasuk Menara BCA yang merupakan gedung tertinggi di Indonesia, hampir sepenuhnya dibangun insinyur-insinyur Indonesia.

Ini tentu berbeda sekali dengan di tahun 1960-an, saat Hotel Indonesia dibangun dan memerlukan insinyur Jepang untuk melakukannya. Kemampuan sipil dari insinyur-insinyur Indonesia memungkinkan mereka untuk juga berkiprah di pasar global, terutama di kawasan Timur Tengah. PT Rekayasa Industri adalah anak perusahaan Pupuk Sriwijaya. Perusahaan tersebut dewasa ini mampu membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan harga sangat kompetitif, jauh lebih murah dibandingkan pesaingnya dari luar negeri.

Perusahaan tersebut sekarang ini mengerjakan beberapa proyek PLTP di Indonesia dan berhasil menarik ke bawah biaya investasi yang harus dikeluarkan oleh investornya. Cerita semacam ini akan terus mengalir kalau kita rajin menyisirnya.

Jika pekan lalu secara khusus saya bercerita tentang prospek PT Dirgantara Indonesia, hal itu lebih banyak dipicu oleh perbincangan saya dengan seorang teman presiden dari Brasil yang mengikuti program Presidential Friends of Indonesia tanggal 17 Agustus lalu.

Kendati demikian, pengalaman selama ini berbicara dan kesempatan mengunjungi berbagai perusahaan di Indonesia memungkinkan saya untuk secara objektif mengatakan bahwa perkembangan teknologi di Indonesia sungguh jauh melampaui yang kita bayangkan saat ini.

Visi 2025 dan Perkembangan Teknologi Indonesia

Pada saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memaparkan Visi 2025 kepada khalayak, banyak komentar sinis yang terlontar. Apakah kita memiliki kemampuan untuk mencapai hal itu? Apakah itu bukan suatu mimpi atau bahkan, lebih sadis lagi, suatu kebohongan? Saya telah mengikuti perkembangan data makro Indonesia selama bertahun-tahun. Itulah sebabnya pada 2005 saya meluncurkan sebuah buku Musim Semi Perekonomian Indonesia.

Pada buku itu pun saya tegaskan perlunya Pemerintah Indonesia membangun sebuah visi untuk negeri ini. Namun, yang lebih penting lagi, saya sungguh optimistis mengenai masa depan negara kita. Oleh karena itu, merupakan suatu kebahagiaan tersendiri jika pada 2008, pada saat banyak negara sudah berjatuhan ke dalam resesi, Indonesia mampu bersama China dan India tetap bertahan sehingga menjadi sorotan berbagai kalangan dunia.

Optimisme tersebut membuat saya yakin bahwa pada 2025, Indonesia sangat mungkin memiliki pendapatan per kapita lebih dari USD10.000 dan bahkan mungkin mendekati USD15.000 sehingga secara keseluruhan, perekonomian Indonesia akan mencapai lebih dari USD3 triliun, suatu tingkat yang lebih besar daripada perekonomian Jerman, Inggris atau Prancis saat ini. Namun, yang lebih penting adalah melihat kemampuan dunia bisnis Indonesia secara mikro.

Dari sisi ini, saya semakin percaya bahwa kompetisi yang ada tidaklah mengerdilkan kemampuan dunia bisnis Indonesia, melainkan justru menguatkannya. Kehadiran Shell, Petronas, dan sebagainya dalam bisnis ritel perminyakan ternyata justru memperkuat kemampuan bersaing Pertamina. Kehadiran bankbank asing di Indonesia juga memperkuat kemampuan perbankan Indonesia dan memperkuat kemampuan sumber daya manusia kita.

Jika dulu perbankan kita banyak membajak tenaga ahli dari Citibank dan sebagainya, dewasa ini para bankir Indonesia justru menjadi sasaran pembajakan oleh bank-bank asing. Sementara itu Garuda Indonesia menjadi semakin kuat karena adanya persaingan tersebut. Pada saat yang sama berbagai perusahaan penerbangan swasta domestik seperti Lion Air dan Mandala mampu berkembang pesat, tidak kalah dengan kemampuan perusahaan penerbangan negara lain.

Pada akhirnya memang diperlukan ketajaman cara pandang untuk mampu melihat prestasi Indonesia secara objektif. Hanya dengan itu kita akan memiliki kemampuan untuk mensyukurinya.(*)
- 31 Agustus 2009


Sumber :
CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi
(jri)
21 September 2009

Jarang Diungkap, Bencana Kegagalan Teknologi

Bencana yang disebabkan oleh kegagalan teknologi masih sangat jarang diungkap di Indonesia. Padahal, bencana jenis ini dapat menimbulkan korban jiwa, pencemaran udara, air dan tanah, serta kerusakan bangunan, dan kerusakan lainnya. Selain itu, bencana ini pada skala yang besar dapat mengancam kestabilan ekologi secara global. Demikian diungkapkan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Marzan A Iskandar, di acara lokakarya "Menguak Ancaman Bencana Gagal Teknologi dan Solusinya di Indonesia" di Gedung BPPT, Jakarta, Selasa (18/8).

"Bencana yang disebabkan oleh kegagalan teknologi masih sangat jarang diungkap di Indonesia," ujarnya. Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana disebutkan bahwa potensi penyebab bencana di Indonesia dapat dikelompokkan dalam 3 jenis bencana, yaitu bencana alam seperti gempa bumi, bencana non alam seperti kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia, dan bencana sosial seperti kerusuhan atau konflik sosial.

Lebih lanjut, Marzan mengatakan, kerugian yang dapat ditimbulkan dari ancaman bencana gagal teknologi amatlah besar. Sebagai gambaran, dari sektor transportasi misalnya, menurut data statistik tahun 2008 Departemen Perhubungan melaporkan bahwa kecelakaan lalu lintas mencapai 56.600 kejadian dengan melibatkan lebih dari 130.000 kendaraan dan menelan korban hingga 19.216 jiwa, sementara korban luka-luka lebih dari 75.000 jiwa. "Demikian pula halnya dengan kesalahan prosedur pengoperasian pabrik atau teknologi yang seringkali terjadi di sekitar kita," katanya.

Menurutnya, potensi ancaman bencana gagal teknologi di masa depan akan semakin meningkat, hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya permukiman dan kawasan industri. Karena itu, berbagai permasalahan yang berkaitan dengan ancaman bencana gagal teknologi beserta alternatif solusinya, menurutnya, perlu dirumuskan bersama. "Selama ini ancaman bencana teknologi masih belum kita pahami secara komprehensif," ujarnya.

Berkaitan dengan hal itu, Rencana Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2010-2014 yang saat ini sedang digodok oleh BNPB dan Bappenas beserta kementerian dan lembaga terkait, menurutnya, perlu didukung agar mencapai hasil yang optimal. "Dalam kerangka ini, BPPT dapat berperan besar, mengingat tersedianya sumber daya manusia dan fasilitas dari berbagai bidang teknologi. Bahkan, jika dapat disepakati secara nasional, BPPT siap ditunjuk sebagai lead agency dalam penanggulangan ancaman bencana gagal teknologi, seperti Departemen PU untuk bencana banjir dan Departemen ESDM untuk letusan gunung api dan tanah longsor," katanya. C10-09

- 18 Agustus 2009


Sumber :

http://sains.kompas.com/read/xml/2009/08/18/1228189/jarang.diungkap.bencana.kegagalan.teknologi

21 September 2009